Salah
satu tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah masih kurangnya sumber
daya manusia yang kreatif dan unggul. Hal
ini dipengaruhi oleh salah satu faktor, yakni tingkat literasi membaca masyarakat
yang masih sangat rendah. Berdasarkan hasil PISA tahun 2019 yang diungkap oleh
OECD pada tahun 2019 bahwa tingkat literasi Indonesia masih sangat rendah yakni
berada di posisi 60 terbawah dari 61 negara. Sementara UNESCO menyatakan bahwa minat
baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang
gemar membaca.
Hasil
tersebut mengindikasikan bahwa saat ini diperlukan sebuah terobosan agar
generasi muda menjadi generasi yang gemar literasi membaca. Akses untuk membaca
yang masih sangat kurang merupakan hal yang perlu diberi perhatian khusus oleh
pemerintah, baik pusat dan daerah. Akses untuk literasi membaca masih belum
merata sehingga melahirkan permasalahan
rendahnya minat baca generasi muda semakin mengkhawatirkan.
Demikian
pula di Kabupaten Bulukumba, berdasarkan data BPS Kabupaten Bulukumba terlihat
bahwa IPM tahun 2020 di Kabupaten
Bulukumba yakni 68,99. Data ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang
cukup baik. Proses peningkatan IPM tersebut dapat dijadikan sebagai penguatan
bagi keunggulan sumber daya manusia di Kabupaten Bulukumba. Penguatan SDM
tersebut dapat dilakukan dalam literasi membaca, khususnya kepada generasi
muda.
Bupati
Bulukumba, Andi Muchtar Ali Yusuf dalam sebuah kegiatan diskusi terbuka dengan
tokoh masyarakat, LSM, Ormawa, media massa online dan cetak, dan masyarakat
umum menyatakan bahwa saat ini Kabupaten Bulukumba masih sangat kekurangan
sumber daya manusia. Secara umum masyarakat kurang kreatif, kurang produktif
dan masih cenderung lebih konsumtif. Sumber daya manusia yang tersedia masih
belum maksimal mengelola potensi sumber daya alam yang tersedia. Misalnya
potensi ketersediaan lahan pertanian dan perkebunan. Selain itu, kualitas sumber
daya manusia yang tersedia dalam lingkup pemerintahan Kabupaten Bulukumba masih
perlu ditingkatkan agar lebih kreatif dan inovatif dalam mencapai program kerja
yang telah ditetapkan.
Salah
satu faktor yang memengaruhi masyarakat masih kurang kreatif dan inovatif
adalah karena rendahnya minat dalam literasi membaca. Kreativitas dan inovasi
hanya dapat terlahir apabila masyarakat gemar dengan literasi membaca.
Aktivitas membaca dapat ditemukan berbagai informasi dalam berbagai bidang,
misalnya teknologi, pertanian, pendidikan, peternakan, teknik, perkebunan, dan
lain sebagaianya.
Salah
satu yang dapat dijadikan untuk mewujudkan masyarakat yang gemar literasi
membaca khususnya generasi muda adalah warung kopi. Warung kopi saat ini
menjadi tempat favorit dari semua kalangan. Kaum milenial sampai yang dewasa
sangat gemar untuk menghabiskan waktunya berjam-jam di warung kopi. Sayangnya,
waktu mereka hanya lebih banyak dihabiskan untuk bermain game, obrolan biasa,
dan bermain medsos.
Keberadaan
warung kopi di Kabupaten Bulukumba saat ini semakin menjamur dan menghiasi kota
Bulukumba. Hadirnya warung kopi merupakan peluang yang perlu dimaksimalkan
untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Bulukumba yang gemar dengan literasi
membaca. Warung kopi dapat dijadikan sebagai salah satu akses taman baca yang menyediakan
beragam buku bacaan. Warung kopi
dijadikan akses untuk meningkatkan gemar baca bagi generasi muda agar mereka berwawasan
luas.
Pemerintah
Kabupaten Bulukumba dapat berklaborasi dengan warung kopi untuk menyediakan
sudut literasi membaca (pojok baca) dalam warung kopi. Sudut literasi membaca yang
menyediakan berbagai jenis buku yang dapat dibaca oleh pengunjung. Misalnya,
setiap warung kopi berkewajiban menyediakan sudut literasi baca (pojok baca) dengan
menyiapkan minimal 75 buah buku dengan beragam topik, dinding di dalam warung
kopi dapat dibranding dengan tulisan tentang pentingnya literasi membaca, “ngopi”
sambil bedah buku, dan tersedia arena pertunjukan deklamasi puisi dari penyair
pilihan.
Oleh karena itu,
tradisi “ngopi” yang saat ini sudah menjadi salah satu gaya hidup dalam
masyarakat Bulukumba baik kota dan desa telah menjadi budaya baru. Nongkrong bersama
teman dan kolega di warung kopi sambil “ngopi” tidak hanya sekedar kata yang mengandung makna aktivitas
biasa. “Ngopi” sudah menjadi perwujudan prestise dan gaya hidup yang sudah
menjadi budaya. Dengan demikian, budaya “ngopi” diharapkan melahirkan budaya “gemar
membaca” sambil mengolaborasi kekritisan, kreativitas, dan daya inovasi. “Ngopi
dan membaca” dapat dijadikan sebagai wadah pembangunan atas “krisis” budaya
membaca yang terjadi saat ini.
Aktivitas “ngopi sambil
membaca” merupakan salah satu jawaban dari kerisauan Octavio Paz yang
menyatakan bahwa kita membaca berbagai
berita, artikel, dan perhitungan-perhitungan tentang fakta yang susah. Ketika pendidikan semakin meluas
dan tingkat buta huruf semakin berkurang, minat orang modern untuk membaca
justru menurun. Kerisauan Paz ini diharapkan tidak terjadi bagi generasi muda di Kabupaten Bulukumba.
Pembangunan sumber daya
manusia secara awal dan serius di Kabupaten Bulukumba akan menjadi kunci utama untuk
terlahir menjadi daerah yang maju. Kampanye gerakan mencintai buku, gemar
membaca lewat “warung kopi” harus diinisiasi secara cepat oleh Pemkab Bulukumba
lewat instansi terkait. Misi pemerintah daerah untuk menjadikan pembangunan SDM
sebagai salah satu prioritas merupakan langkah tepat. Sumber daya manusia yang
unggul menjadi ujung tombak kemajuan daerah kini dan nanti.
Komentar
Posting Komentar